KENDARI – kendari24.com – Nur Anisa Nidea mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari diduga menjadi korban perlakuan diskriminatif seorang dosen di Fakultas.
Akibat perlakuan tersebut, orang tua Nidea pun mendatangi Fakultas Kedokteran UHO. Kamis (30/11/2023).
Di hadapan Ketua program Studi (Prodi) Kedokteran, Ijmain Orang tua mahasiswi melaporkan perlakuan dosen tersebut sebab ia kuatir kondisi tersebut telah membebani psikologis dan nilai akademis putrinya.
Menurut pengakuan putrinya dosen bernama dr. Kardin kerap berupaya melakukan intimidasi dengan kalimat yang sulit diterima putrinya dan menjadi bebas psikolog.
“Dhea takut untuk bertemu dokter Kardin karena kerap diintimidasi bahkan di hadapan adik tingkatnya,” ungkapnya saat ditemui. Kamis (30/11/2023).
Menurutnya Dhea masuk UHO pada 2019 lalu, dan tersisa hanya satu mata kuliah yang belum mendapatkan nilai akademik, yakni Gastro Entero Hepatologi yang dipegang oleh Dokter Kardin.
Meski sudah 2 kali telah memprogramkan mata kuliah tersebut namun dinyatakan tidak lulus sehingga putrinya terpaksa harus menunda untuk ujian proposal sebab harus kembali mengikuti mata kuliah yang sama pada semester tahun ini.
Ijmain mengungkapkan putrinya adalah salah satu lulusan terbaik di salah satu SMA Negeri di Kendari sebab di usia 15 tahun ia sudah tamat SMA dengan mengikuti kelas akselerasi.
“Seharusnya Januari dia sudah ujian proposal, tapi hanya mata kuliah yang dipegang oleh dr Kardin, hingga harus tertunda hingga saat ini,” ujarnya.
Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, keluarganya terpaksa membawa Nur Anisa Nidea ke dokter Psikiater di Kota Kendari.
“Apa yang dirasakan oleh Dhea juga dirasakan oleh sejumlah mahasiswa lain namun mereka menyimpan masalah itu dan tidak mau bicara,” katanya.
Menanggapi masalah tersebut ketua prodi Fakultas Kedokteran, Arimaswati, menjelaskan masalah yang dihadapi antara mahasiswa dan dosen tersebut akan dilaporkan ke pimpinan, sebab ia tidak berwenang memberikan pernyataan.
“Saya tidak berani berkomentar takut nanti ada yang salah atau tersinggung. Terkait permasalahan dengan Dokter Kardin, nanti dekan yang akan menjawab masalah ini, saya hanya memantau kondisi mahasiswanya saja” ungkapnya.
Ketua program studi mengungkapkan, Dokter Kardin akan segera meninggalkan posisinya sebagai dosen, sehingga tidak akan lagi mengajar mata kuliah yang diambil oleh anak Ijmain, karena dokter yang bersangkutan akan melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi.
Meskipun demikian, ketidaknyamanan dan kekhawatiran terhadap Dokter Kardin masih terasa di lingkungan Fakultas kedokteran.
Ijmain mendesak agar Dokter Kardin hadir untuk menjelaskan masalah yang dialami oleh anaknya. Ijmain khawatir, masalah tersebut tidak hanya terbatas pada aspek akademis.
Anaknya menekankan, masalah ini merinci pengalaman merasa malu dan tertekan setiap kali berinteraksi dengan Dokter Kardin.
Sebagai orang tua yang prihatin, Ijmain berharap agar pergantian dosen tersebut membawa perubahan positif bagi anaknya dan mahasiswa lainnya di Fakultas Kedokteran UHO. Kondisi ini seharusnya menjadi perhatian serius bagi pihak universitas untuk menjaga kesehatan mental dan emosional mahasiswanya. (**)