Kendari24.com – KENDARI, Program pemerintah Kotaku Tanpa Kumuh menuai protes dari warga di kecamatan Nambo kota kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), pasalnya dari program tersebut puluhan hingga ratusan nelayan keramba yang berada disekitar kawasan yang masuk dalam program itu.
Para nelayan yang berada di dua lokasi yakni Kelurahan Petoaha dan Bungkutoko mengaku dirugikan oleh program tersebut, karena dengan adanya program itu nelayan harus berpindah lokasi yang disiapkan oleh pemerintah Kota Kendari yang kondisinya tidak layak untuk membudidayakan ikan keramba.
Atas kondisi itu, puluhan nelayan di Kecamatan Nambo mendatangi kantor DPRD Kota Kendari, meminta agar keramba milik mereka tidak direlokasi oleh pemerintah, ke tempat yang baru. Rabu (2/5/2021).
Kedatangan nelayan dari Kelurahan Petoaha dan Bungkutoko ini, mengeluhkan lokasi keramba yang disiapkan oleh pemerintah Kota Kendari, tidak layak digunakan karena kondisi air yang tidak memungkinkan perkembangbiakan ikan keramba.
Pemilik keramba, Elisabeth menjelaskan, keramba yang disiapkan pemerintah itu, tidak layak dan tidak sesuai untuk pertumbuhan ikan, karena tidak memiliki arus yang baik, dan dangkal. Dengan kondisi tersebut ikan yang dilepas di keramba mudah kehabisan oksigen dan akhirnya mati.
“Kami butuh keramba yang layak pakai, jadi kedatangan kami agar pemerintah memperhatikan dan tindakan relokasi tidak merugikan kami,” ungkapnya.
Eli menambahkan, selain kondisi air tidak sesuai, keramba yang disiapkan oleh dinas perikanan Kota Kendari juga berukuran kecil dan hanya mampu menampung sekitar 500 – 600 ekor ikan, itu masih dalam bentuk ikan kecil atau masih bibit ikan.
Menurutnya di keramba yang akan direlokasi saat ini, ukurannya sekitar 4 x 4 meter, dan dapat menampung bibit ikan sekitar 1000-1500 ekor
“Yang disediakan pemerintah itu hanya tiga kali tiga meter per orang, dan hanya mampu menampung lima ratus ekor ikan,” ujarnya.
Senada dengan Elisabeth, Ogit yang juga pemilik keramba merasa dirugikan oleh rencana relokasi pemerintah, karena di keramba yang ada saat ini sudah mampu menghidupi keluarganya, bahkan dalam sekali panen dirinya mampu meraih untung sekitar Rp. 30 juta.
Dengan adanya rencana tersebut, Ogit mengaku akan menurunkan pendapatannya dalam setahun, karena lokasi yang disediakan oleh pemerintah tidak layak, selain ukurannya kecil dan terbatas, kondisi air juga tidak mendukung untuk budidaya ikan keramba.
“Saya pak, setiap panen bisa dapat 30 juta bersih, jadi kalau kami dipindahkan bisa jadi pendapatan kami akan menurun, karena lokasi yang disiapkan sangat tidak layak,” katanya.