Connect with us

Hukum & Kriminal

Empat Polisi Peras Wanita di Kendari, Uang Rp189,8 Juta Disita Terkait Kasus Narkoba

Published

on

KENDARI – Yolan Nisa Wulandari, warga Kendari, Sulawesi Tenggara, melaporkan kasus pemerasan ke Polda Sultra pada 13 Maret 2025. Kejadian terjadi di Jl. Haeba III, Kelurahan Wua Wua, sekitar pukul 09.47 WITA.

Yolan mengaku diperas empat orang yang mengaku polisi intelijen, menuduhnya menerima dana narkoba. Ia dipaksa menyerahkan Rp189,8 juta dari rekeningnya, dan hanya diberikan Rp3 juta usai menarik uang di bank.

Penyelidikan Polda Sultra mengungkap fakta mengejutkan. Kasus ini bermula dari laporan Gita Silvia Maya ke Polresta Kendari, yang menuduh Yolan menggelapkan Rp189,8 juta miliknya. Uang itu dikirim seseorang bernama Aldo melalui rekening BCA Yolan.

Yolan mengaku menyerahkan uang tersebut kepada empat pria yang mengaku polisi tanpa sepengetahuan Gita. Di Polresta Kendari, keduanya sepakat Yolan akan mengganti uang secara mencicil, namun Yolan menolak dan melapor ke Polda Sultra.

Ternyata, keempat “polisi” itu adalah personel Direktorat Reserse Narkoba Polda Kalimantan Selatan. Mereka datang ke Kendari pada 12-15 Maret 2025 untuk mengusut kasus narkoba terkait tersangka Damai Yoga gembong narkoba internasional yang ditangkap.

Wadir Krimum Polda Sultra AKBP Mulkaifin mengatakan dari penyelidikan ditemukan rekening Yolan digunakan untuk transaksi narkoba. Uang Rp189,8 juta yang disita dari Yolan merupakan hasil kejahatan narkotika.

Menurutnya sosok Aldo, pengirim uang, terungkap sebagai BB, tahanan narkoba di Rutan Palu, Sulawesi Tengah. Pada November 2024, BB meminta Yolan, Gita, dan Akrianto alias Sega membuka rekening BCA untuk keperluannya.

“BB mengirim Rp15 juta melalui rekening atas naman Nengdona untuk membuka rekening, lalu mengambil alih kendali dengan mengatur email, kata sandi, dan SMS banking” katanya. Rabu (30/4/2025).

Rekening itu kemudian digunakan untuk transaksi narkoba. BB juga meminta ketiganya menyerahkan buku rekening dan ATM melalui kurirnya.

Januari 2025, BB kembali meminta tiga orang lain membuka rekening dengan pola serupa. Setelah rekening aktif, mereka kehilangan akses. Salah satu rekening diblokir, tetapi Gita menolak membantu karena disuruh berurusan langsung dengan pemilik rekening.

Gita mengetahui uang Rp189,8 juta ditarik Yolan setelah diberi tahu BB. Yolan mengaku uang itu diambil polisi terkait narkoba. BB mengancam Gita agar tidak menyebut namanya dan memerintahkan Gita mengaku uang itu milik pacarnya, Aldo.

Gita lalu melapor ke Polresta Kendari, dan Yolan diminta mengganti uang. Tidak terima, Yolan melapor ke Polda Sultra.

Gita mengenal BB sejak 2022 via Instagram, di mana BB mengaku adik kelasnya saat SMP. Mereka tidak pernah bertemu, dan komunikasi berlanjut pada 2024 ketika BB meminta Gita membuka rekening.

Polda Sultra menyimpulkan tidak ada pemerasan atau penggelapan. Uang Rp189,8 juta adalah hasil transaksi narkoba dan kini ditangani Direktorat Reserse Narkoba Polda Kalsel. Kasus ini menjadi peringatan akan bahaya keterlibatan dalam transaksi mencurigakan.(**)

Hukum & Kriminal

Operasi Patuh Anoa: Puluhan Liter Miras Tradisional Disita

Published

on

By

KENDARI, Polresta Kendari berhasil mengamankan puluhan liter minuman keras (miras) tradisional jenis ballo dan arak lokal di awal pelaksanaan Operasi Sikat Anoa 2025. Kegiatan tersebut digelar sebagai upaya cipta kondisi menjelang perayaan natal 2025 dan tahun baru 2026 di wilayah hukum Polresta Kendari. Sabtu (1/10/2025)

Kapolresta Kendari, Kombes Pol Edwin L. Sengka, mengatakan bahwa razia dilakukan di sejumlah titik rawan peredaran miras tradisional di Kota Kendari

“Kami berhasil mengamankan puluhan liter miras tradisional dari beberapa penjual tanpa izin. Seluruh barang bukti sudah kami amankan di Mapolresta Kendari untuk proses lebih lanjut,” ujar Edwin.

Operasi Sikat Anoa merupakan kegiatan rutin kepolisian yang difokuskan untuk menekan angka kriminalitas, terutama yang dipicu oleh konsumsi minuman keras, narkotika dan penggunaan senjata tajam. Polisi juga menargetkan tindak kejahatan jalanan serta aksi premanisme.

“Kami mengimbau masyarakat agar tidak mengonsumsi maupun menjual miras ilegal. Kegiatan ini akan terus dilakukan secara berkelanjutan demi menjaga keamanan dan ketertiban di Kota Kendari,” tambahnya.

Selain mengamankan puluhan liter miras, petugas juga mendata beberapa penjual untuk pembinaan dan akan melakukan pemeriksaan lanjutan guna menelusuri sumber distribusi minuman tersebut.

Operasi Sikat Anoa 2025 dijadwalkan berlangsung hingga 13 November Mendatang, dengan melibatkan personel gabungan dari berbagai satuan dan fungsi di Polresta Kendari.(**)

Continue Reading

Hukum & Kriminal

Upaya Damai Berhasil, Polda Sultra Selesaikan Kasus Pengeroyokan di Bombana Lewat Restorative Justice

Published

on

By

KENDARI, Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Sulawesi Tenggara memfasilitasi penyelesaian perkara dugaan tindak pidana pengeroyokan melalui mekanisme Restorative Justice di Aula Ditreskrimum Polda Sultra, dan dipimpin oleh Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Sultra, Kombes Pol Wisnu Wibowo. Jumat, (31/10/2025) pagi.

Gelar perkara ini dihadiri oleh Kasat Reskrim Polres Bombana, Kapolsek Poleang Barat, Camat Poleang Barat, Camat Watubangga, para kepala desa, kuasa hukum, serta pihak pelapor dan terlapor. Forum ini menjadi langkah penting dalam mewujudkan penegakan hukum yang humanis dan berkeadilan.

Kasus ini berawal dari dua laporan polisi di Polres Bombana, yaitu LP/B/39/IX/2025/SPKT/POLRES BOMBANA/POLDA SULTRA dengan pelapor Maudi dan terlapor Agus, serta LP/B/40/IX/2025/SPKT/POLRES BOMBANA/POLDA SULTRA dengan pelapor Nusi dan terlapor Kasdin serta Ramli. Peristiwa dugaan pengeroyokan tersebut terjadi pada Kamis, 11 September 2025, di Desa Analere, Kecamatan Poleang Barat, Kabupaten Bombana.

Melalui proses mediasi yang difasilitasi oleh Ditreskrimum Polda Sultra, seluruh pihak sepakat untuk berdamai secara kekeluargaan. Kesepakatan damai ini dilakukan sesuai dengan Peraturan Kapolri Nomor 8 Tahun 2021 tentang penanganan tindak pidana berdasarkan keadilan restoratif.

Dalam forum tersebut, para pelapor dan terlapor menyampaikan kesediaan untuk berdamai tanpa dendam. Kepala desa dan camat setempat turut mengapresiasi langkah kepolisian dalam menciptakan solusi damai di tengah masyarakat.

Direktur Reskrimum Polda Sultra, Kombes Pol Wisnu Wibowo, menyatakan bahwa penyelesaian melalui mekanisme Restorative Justice menjadi bukti komitmen Polri dalam mewujudkan keadilan yang tidak hanya menegakkan hukum, tetapi juga memulihkan hubungan sosial.

“Restorative Justice merupakan pendekatan penegakan hukum yang mengedepankan dialog, perdamaian, dan nilai-nilai kemanusiaan. Ini adalah wujud nyata Polri Presisi yang humanis,” ujar Kombes Pol Wisnu Wibowo.

Sebagai tindak lanjut dari kesepakatan tersebut, penyidik Ditreskrimum Polda Sultra membuat surat kesepakatan perdamaian yang disaksikan oleh aparat pemerintah setempat. Pihak pelapor juga mencabut laporan polisi dan mengajukan permohonan penangguhan penahanan.

Selanjutnya, penyidik melaksanakan penangguhan penahanan terhadap para tersangka. Berdasarkan hasil perdamaian tersebut, penyidik akan melaksanakan penghentian penyidikan (SP3) dan mengirimkan surat pemberitahuan resmi kepada Jaksa Penuntut Umum.

Polda Sultra menegaskan bahwa penyelesaian perkara melalui Restorative Justice merupakan wujud nyata kehadiran Polri sebagai pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.(**)

Continue Reading

Hukum & Kriminal

KDRT dan Knalpot Brong Jadi Sorotan di Jumat Curhat Polda Sulawesi Tenggara

Published

on

By

KENDARI, KENDARI24.COM – Kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan pelecehan seksual menjadi salah satu keluhan utama warga yang disampaikan dalam kegiatan “Jumat Curhat” Polda Sulawesi Tenggara bersama masyarakat Kelurahan Rahandouna, Kecamatan Poasia, Jumat (17/10/2025).

Kegiatan tersebut dipimpin Wadir Reskrimum Polda Sultra AKBP Mulkaifin, didampingi Wadir Polairud AKBP Dodik Tatok Subiantoro, serta dihadiri sejumlah pejabat utama Polda Sultra, antara lain Kasubdit II Ditreskrimum AKBP Ahmad Mega Rahmawan, Kasubdit IV Ditreskrimum Kompol Indra Asrianto, dan Kasubdit Dalmas Kompol Djamaluddin Saho. Hadir pula Kapolsek Poasia AKP Samsir, para ketua RT, dan puluhan warga setempat.

Dalam kesempatan itu, warga menyampaikan berbagai persoalan sosial dan keamanan di lingkungan mereka. Salah satu ketua RT, Nita, mengungkapkan keresahan terkait kasus KDRT dan pelecehan seksual yang sering terjadi di wilayahnya namun belum mengatahui tahapan pelaporan nya.

Menanggapi hal tersebut, AKBP Mulkaifin menegaskan bahwa kepolisian siap memberikan pendampingan dan perlindungan penuh bagi korban kekerasan.

“Untuk korban KDRT dan pelecehan seksual, kami akan melakukan pendekatan humanis. Bila tidak bisa diselesaikan secara kekeluargaan, korban akan kami dampingi menuju Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) di Polresta atau Polda untuk diproses hukum,” jelasnya.

Selain kasus KDRT, warga juga mengeluhkan maraknya penggunaan knalpot brong, hewan ternak yang berkeliaran di jalan, serta menanyakan kesiapan Polri menghadapi penerapan KUHP baru.

Pihak kepolisian juga mengingatkan masyarakat agar tidak melakukan tindakan main hakim sendiri saat menemukan pelanggaran atau tindak pidana.

“Segera laporkan kepada Bhabinkamtibmas atau unit kepolisian terdekat. Semua laporan akan kami tindaklanjuti,” tambah Mulkaifin.

AKBP Mulkaifin berpesan agar generasi muda, khususnya mahasiswa, menjadi motor perubahan dan terus berbuat positif di lingkungan masing-masing.(**)

Continue Reading

Trending