Connect with us

Opini

Eksploitasi Prestasi, Melukai Hati Mahasiswa

Published

on

Apriyansyah Ketua SEMA IAIN Kendari Periode 2024-2025

KENDARI24.com – Perguruan Tinggi kerap dipandang sebagai tempat dimana kecerdasan dan prestasi mahasiswa diberdayakan untuk mencapai tujuan akademis dan reputasi yang lebih tinggi. Namun dibalik sorotan gemilang itu, ada realitas yang gelap, eksploitasi prestasi mahasiswa tanpa memberikan kontribusi yang setimpal kepada mereka.

Pihak kampus seringkali hanya memanfaatkan prestasi ini sebagai alat untuk kepentingan mereka sendiri, tanpa memperhatikan kepentingan, kebutuhan, atau kesejahteraan mahasiswa yang sebenarnya merupakan pilar utama lembaga pendidikan itu sendiri dan itu semua terjadi di Perguruan Tinggi Negeri IAIN Kendari.

Praktek eksploitasi prestasi yang dilakukan oleh pihak kampus IAIN Kendari itu diakui oleh para mahasiswa yang merasa telah dieksploitasi prestasinya. Mereka tidak pernah mendapatkan support dari pihak kampus dalam kegiatan yang sifatnya prestasi, baik dukungan secara moril maupun materil.

Saat berprestasi kemudian pihak kampus malah meminta foto beserta nama mahasiswa dan mengklaim prestasi itu melalui media social. Secara sadar mereka merasa terlukai dengan itu, sebab kampus tidak pernah mensupport mereka dalam mengikuti kegiatan.

Sangat disayangkan telah terjadi “Penghancuran Kejujuran Intelektual” prestasi akademik dan non-akademik yang dihasilkan oleh mahasiswa khususnya di IAIN Kendari adalah hasil dari kerja keras, dedikasi, dan inovasi mereka sendiri. Namun, pihak kampus sering kali dengan seenaknya memanfaatkan pencapaian ini untuk kepentingan institusi tanpa memberikan pengakuan yang layak, mahasiswa dijadikan sebagai komoditas, diambil manfaatnya, dan dibiarkan tanpa apresiasi yang setara.

Disamping itu, ini semua merupakan penjajahan atas prestasi, kontribusi nyata yang diberikan mahasiswa kepada institusi melalui prestasi mereka sering kali tidak diakui atau dihargai secara layak. Pihak kampus lebih tertarik pada memperbesar nama baik daripada memberikan dukungan yang sepadan kepada mahasiswa yang telah mengangkat reputasi lembaga mereka.

Prestasi mahasiswa digunakan untuk memperkuat posisi kampus dalam peringkat akademik, tetapi manfaat finansialnya jarang sampai kepada mereka yang sebenarnya berkontribusi. Mahasiswa dibiarkan menghadapi beban biaya pendidikan yang terus meningkat sementara kampus menikmati manfaat finansial dari prestasi mereka.

Praktik ini mengkhianati nilai-nilai inti pendidikan, yang seharusnya memberdayakan dan mendukung mahasiswa untuk berkembang maksimal. Alih-alih menjadi fasilitator pertumbuhan dan kesuksesan, pihak kampus seringkali menjadi predator yang tidak peduli dengan nasib mahasiswa setelah mereka mencapai prestasi.

Perguruan tinggi harus bertanggung jawab secara moral dan etis untuk mengubah paradigma ini. Mereka harus menghargai dan memberdayakan mahasiswa dengan cara yang lebih substansial, termasuk memberikan insentif yang adil, dukungan berkelanjutan, dan transparansi dalam penggunaan prestasi mereka.

Kampus yang sejati harus mengakui bahwa prestasi mahasiswa bukanlah milik mereka untuk dieksploitasi, tetapi merupakan hasil dari upaya keras dan dedikasi individu. Kehidupan akademis yang sehat dan berkelanjutan hanya dapat dicapai jika kampus mengubah pola pikirnya dari memanfaatkan menjadi mendukung, dari mengambil keuntungan menjadi memberikan nilai tambah yang nyata bagi mahasiswa yang telah memberikan kontribusi begitu besar pada lembaga mereka.

Dalam penyampaian kritik ini, penulis berharap agar kampus dan masyarakat akademis secara keseluruhan dapat merenungkan kembali peran mereka dalam memberdayakan mahasiswa dengan cara yang lebih etis dan adil.

OPINI: Oleh, Apriyansyah Ketua SEMA IAIN Kendari Periode 2024-2025

Penulis merupakan mahasiswa aktif program studi perbankan syariah angkatan 2020 yang juga mantan ketua BEM FEBI IAIN Kendari. (**)

Continue Reading

Opini

‎Membangun Pergolakan Pemikiran, Ketua GMNI Kendari Dorong Mahasiswa Berorganisasi

Published

on

By

Transformasi regenerasi kepemimpin dalam setiap lembaga kemahasiswaan selalu menjadi hal yang paling penting untuk mendorong kuatnya sumber daya manusia (SDM) yang semakin maju, sinergi dan berdaya saing serta menciptakan pergolakan pemikiran dan pergerakan seperti apa yang menjadi esensi, hakikat mahasiswa yang sesungguhnya.

Kuatnya kelembagaan karena kadernya yang solid yang memahami setiap posisi, peran daan tanggung jawab dalam menjalankan tupoksinya. Kepeloporan dan terobosan pemimpin muda mahasiswa sangat dibutuhkan guna menjawab tantangan zaman sekaligus mengakomodir secara menyeluruh kepentingan mahasiswa dan mulai menyasar isu-isu strategis dan krusial kekinian.

Setiap orang ada masanya, dan setiap masa ada orangnya, begitulah bagi kebanyakan mahasiswa menyebutnya. Tetapi seiring perjalannya waktu tantantannya semakin dinamis dengan era keterbukaan di mana wacana, opini dan isu-isu semakin terbuka untuk menjadi perdebatan di ruang publik.

Sebagai pemimpin lembaga kemahasiswaan harus lebih jelih, aktual dan pro aktif menjemput aspirasi itu. Hadirnya pemimpin yang berkualitas dan punya kapasitas yang mumpuni harus mampu menjawab kecenderungan kepemimpinan sebelumnya dimana kebanyakan dari kita atau mahasiswa merasa antipati serta hilangnya kepercayaan terhadap kelembagaan itu sendiri sebab tak mampu menjawab persoalan atas keluhan mahasiswa misalnya terkait dengan mahalnya uang kuliah tunggal, fasilitas yang memadai dan lain sebagainya.

Membangun kepercayaan dan integritas diri dikalangan mahasiswa sangat penting. Dengan kekuatan brending dan sosial media menjadikan kita lebih luas berinteraksi dengan siapapun. Sehingga posisi dan legitimasi yang didukung oleh kekuatan mahasiswa akan lebih muda menggerakan seluruh intrumen dan memobilisasi ketika persoalan itu ada. kerja-kerja konsolidasi sangat di butuhkan mengingat sekarang hadirnya pemimpin baru di pemerintahan menjadikan tantangan tersendiri untuk gerakan mahasiswa.

Kampus Kawacandradimuka

Kampus merupakan ladang kepemimpinan masa depan yang sangat subur. Kuncup pemimpin itu bernama pemuda dan mahasiswa. Maka biarkanlah kuncup dan bibit itu mekar menjadi bunga dan pada saatnya menjadi buah yang bermanfaat dan berguna untuk semesta alam yang membutuhkan di segala lini sektor. Itulah saatnya ketika negeri ini panen raya para pemimpin yang akan memandu bangsa besar ini menuju kejayaannya sebagai guru peradaban, Itulah apa yang menjadi harapan dan cita -cita founding father kita dahulu.

Mahasiswa harus selalu menjadi jembatan nurani dan aspirasi masyarakat, mahasiswa sendiri merupakan kelas sosial menengah yang mudah masuk langsung ke masyarakat, maka mereka sering dipercaya untuk menjadi konseptor dan eksekutor harapan dan aspirasi-aspirasi rakyat yang bisa menggerakkan setiap perubahan di bangsa ini.

Para aktivis pergerakan mahasiswa hari ini hendaknya memikirkan konsep regenerasi kepemimpinan pergerakan mahasiswa ke depan guna melanjutkan apa yang menjadi visi-misi menuju tatanan masyarakat yang adil, sejahtera dan makmur. Keberhasilan sebuah gerakan kepemimpinan pada hakikatnya tidak diukur hanya pada satu periode saja, tapi juga dilihat dari daya tahan pergerakan pada masa-masa selanjutnya apakah terjadi kemunduran atau kemajuan supaya terus menjadi evaluasi dan pembelajaran generasi berikutnya.

Diantara faktor yang menentukan pergerakan adalah dinamika gerakan itu sendiri olehnya itu sangat di butuhkan penggemblengan di dalam organisasi dan kaderisasi yang matang. Itulah dengan krisisnya kepercayaan mahasiswa dari masyarakat hari ini menjadi imbas dari pada lemahnya organisasi internal maupun eksternal untuk membawa kontribusi lebih besar di tengah-tengah masyarakat sebagai orientasi dari pada tangung jawab, peran dan fungsi sebagai mahasiswa, apa lagi masalah bangsa yang begitu banyak dari tataran nasional maupun lokal serta elit-elit politik yang tak lagi memikirkan masa depan masyarakat.

Olehnya itu perlu disusun alur kaderisasi yang baik dan matang untuk kepemimpinan pergerakan mahasiswa di kampus yang integral dan komprehensif. Kaderisasi ini dilakukan secara terus menerus sehingga ia menjadi kawah candradimuka yang melahirkan para pemimpin pergerakan yang tangguh dan mempunyai idealisme tinggi. Idealnya para pemimpin lembaga kampus dan pergerakan mahasiswa muncul melalui sebuah proses yang panjang yang banyak benturan-benturan hingga sampai terbentuk dan bukan pemimpin karbitan pragmatis yang muncul tiba-tiba tanpa penguasaan konsep, tempaan masalah dan pengalaman yang mumpuni.

Olehnya itu penting nya kaderisasi dalam sebuah organisasi untuk menciptakan dan membentuk karakter kepemimpinan yang berkepribadian sangat di butuhkan di tengah degradasi kepemimpinan saat ini.

Pimpinan pergerakan mahasiswa harus menjadi icon dalam percaturan bangsa ini baik dari kelompok kelembagaan mahasiswa intra maupun ektra kampus. Ia merupakan pengambil keputusan dan leader tertinggi di lembaganya yang harus mempertanggungjawabkan pengelolaan lembaga tersebut kepada mahasiswa lainnya karena dia mewakili seluruh mahasiswa yang dia pimpinnya.

Seorang pimpinan pergerakan mahasiswa idealnya memang seorang pemimpin mahasiswa yang memiliki tugas dan wewenang contohnya: Mengkomunikasikan wacana pergerakan mahasiswa dan strategi umumnya kepada tim intinya dengan diskusi yang mendalam, Melakukan rencana penggalangan dan kordinasi untuk mendapatkan dukungan dari berbagai kalangan tetapi faktanya sangat minim dan krisis sekali untuk melakukan penyatuan gerakan.

Pengurus kelembagaan perlu membangun kordinasi yang baik sebagai jantung pergerakan untuk menggalang kekuatan massa dan tak hanya itu organ internal kampus juga harus mampus menggandeng lembaga pergerakan mahasiswa lainnya untuk membentuk sebuah aliansi dari berbagai elemen dan eksponen dalam perjuangan sehingga wacana pergerakan mahasiswa yang digulirkan dapat menjadi konsumsi dan sorotan publik untuk menarik simpati dan empati, mengelola dan mengendalikan pengurus lembaga kemahasiswaan sebagai bentuk konsolidasi institusional.

langkah itu juga sebagai upaya penguasaan opini dengan melakukan propaganda dan agitasi di dalam kampus maupun di luar kampus melalui berbagai sarana dan instrumen komunikasi pergerakan yang ada. Itu sala satu alternatif cara dan strategi merespon isu lokal dan nasional dengan cepat dengan banyaknya kebijakan pemerintah yang simpang siur dan tidak pro terhadap rakyat.

Dalam kondisi seperti itu, maka mekanisme regenerasi kepemimpinan pergerakan ini bisa melalui dua proses, yaitu proses internal komunitas aktifis pergerakan dan proses eksternal aktifis pergerakan. Peran dan strategi kelompok mahasiswa sangat di butuhkan dan solusi di tengah kekeroposan yang menggerogoti tubuh bangsa ini, korupsi kolusi nepotisme, kemiskinan, kurangnya akses dan biaya pendidikan dan lain sebagainya.

Pergerakan mahasiswa merupakan instrumen yang dapat melakukan advokasi masyarakat dan bangsa yang masih seringkali menjadi korban dari kebijakan yang tidak berpihak kepada mereka. Partisipasi rakyat dalam pergerakan mahasiswa ini dilakukan dalam rangka mempengaruhi pemerintah dalam pengambilan keputusan.

Partisipasi Mahasiswa

Partisipasi mahasiswa ini pun sebagai sarana pendidikan dan pembelajaran juga bagi kader-kader pergerakan, sekaligus sarana penyebaran pemikiran ideologi, nilai-nilai perjuangan, wacana, ide dan gagasan pergerakan mahasiswa dan menciptakan pemimpin-pemimpin bangsa ke depannya. Bagaimana tidak, citra kelembagaan kampus seakan akan hilang dengan akibat tindakan pragmatis di sisi lain terjadi krisis legitimasi di mana lembaga kampus tidak lagi menjadi jembatan dan solusi dalam merespon segala masalah dan isu yang di hadapi bangsa ini.

Menurut penulis seharusnya kita terus mendorong kebebasan mahasiswa dalam menentukan sikap politik, membangun wacana pergerakan serta terus membangun jejaring kerja-kerja konsolidasi dan mobilisasi seperti apa yang kita harapkan, sehingga kualitas demokrasi kampus itu bisa terus meningkat seiring dengan partisipasi mahasiswa dalam mengawal isu-isu yang krusial.

Ada degredasi wacana, dimana kampus lebih sering mengadakan diskusi motivasi dibanding diskusi idiologis gerakan. Tradisi intelektual hidup karena ada perdebatan, konfrontasi dan wacana, sedangkan birokrasi kampus berupaya untuk menghilangkan tradisi tersebut, karena jika tradisi itu hidup maka akan menjadi ancaman bagi oligarki kekuasaan.

Melihat keadaan tersebut, berharap bahwa semua mahasiswa memiliki tradisi intelektual yang mengarah ke pembebasan sosial yang memiliki partisipasi dan antusias yang besar. Seharusnya dengan iklim kebebasan dan demokrasi kita menjadikan lembaga semakin baik, kuat dan mampu menjadi solusi di tengah banyaknya persoalan. Pengetahuan dan intelektualisme bisa menjadikan pisau analisis untuk membeda untuk melihat segala peta persoalan hingga tradisi intelektual organik bisa membawa perjuangan emansipasi membuat imajinasi perlawanan mereka bersifat progresif dan revolusioner.

*Tradisi Tahunan dan Momentum Berharga*

Menjadi salah satu momen yang penuh makna dan keistimewaan bagi para calon mahasiswa. Tradisi tahunan ini tidak hanya sekadar acara seremonial, tetapi juga menjadi awal bagi mahasiswa untuk menyelami kehidupan akademik, ruang kawah candradimuka dan peran mereka dalam perubahan sosial. Mahasiswa adalah tulang punggung masa depan bangsa, daerah, dan negara. Mereka memikul tanggung jawab besar sebagai estafet kepemimpinan yang akan memperbaiki tatanan sosial, ekonomi, politik, dan budaya di Indonesia. Posisi mahasiswa sebagai intelektual yang tercerahkan memberikan mereka peran strategis dalam menggerakkan perubahan.

Sejarah telah membuktikan bahwa mahasiswa memiliki kekuatan besar untuk mengubah perjalanan bangsa. Perubahan itu tidak datang begitu saja, melainkan melalui proses panjang, perjuangan, dan konsistensi yang tinggi.

Jika kalian adalah generasi baru yang akan menjadi bagian dari sejarah, ciptakanlah sesuatu yang berbeda dari sekitar kalian. Kehadiran mahasiswa tidak hanya untuk berdiri di menara gading, tetapi harus mampu berkontribusi langsung kepada masyarakat, Tuntunlah dirimu menjadi satu kesatuan yang akan menjadi kekuatan pengubah. Tantangan yang dihadapi mahasiswa saat ini, seperti disorientasi dan krisis legitimasi dalam peran kontrol sosial mereka. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya membangun kembali kepercayaan masyarakat terhadap mahasiswa.

Menjadi pemimpin mahasiswa berarti membangun harapan dan visi yang jauh ke depan melampaui generasi, sesuai dengan cita-cita pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Mulailah dengan tanggung jawab kita sebagai mahasiswa, seperti membaca, diskusi, menulis, dan aksi. Tradisi intelektual harus tetap hidup, karena ini yang akan menghidupkan wacana kritis di kampus.Pentingnya kaderisasi yang matang untuk memastikan keberlangsungan gerakan mahasiswa di kampus. Proses kaderisasi yang baik akan melahirkan pemimpin-pemimpin yang tangguh, bertanggung jawab, dan memiliki idealisme tinggi.

Penulis : Rasmin Jaya/ Mantan Ketua KPMM 2020-2021, Mantan Ketua Komisariat GMNI FISIP UHO 2020-2021, Mantan Pengurus BEM UHO 2020-2021, Sekarang menjabat sebagai Ketua DPC GMNI Kendari periode 2023-2025.

Continue Reading

Trending