KOLAKA – Organisasi Masyarakat Lingkar Tambang (MATA) Wolo mengecam pernyataan PT Ceria Nugraha Indotama (CNI) yang dinilai menyesatkan terkait penyebab banjir dan pencemaran lingkungan di wilayah Wolo.
Ketua MATA Wolo, Fasil Wahyudi, menyebut bahwa perusahaan telah melakukan pembelaan diri melalui media tanpa mempertimbangkan fakta di lapangan.
“Lucu memang pihak PT. CNI ini, melakukan pembelaan melalui media yang tidak bersesuaian dengan fakta lapangan. Bahkan, mereka menuding aktivitas pengambilan batu oleh warga sebagai penyebab tersumbat dan rusaknya saluran air,” tegas Fasil Wahyudi. Sabtu (31/1/2025).
Menurutnya, tuduhan tersebut tidak berdasar karena akses masyarakat ke wilayah IUP PT. CNI sangat terbatas. Ia menilai pernyataan yang disampaikan perusahaan sebagai bentuk pembohongan publik yang justru akan mencederai citra perusahaan di mata masyarakat.
Fasil Wahyudi menjelaskan bahwa penyebab utama pencemaran dan banjir di Wolo adalah jebolnya sediment pond milik PT CNI. Rembesan air dari sediment pond yang jebol tersebut mengalir melintasi jalan trans, masuk ke irigasi persawahan di Desa Tolowe Ponre Waru, lalu ke Sungai Tolowe Ponre Waru hingga ke Sungai Kel Ulu Wolo dan bermuara ke laut, menyebabkan pencemaran yang meluas.
Ia juga menyoroti banjir yang melanda Dusun Labuan Bajo. Menurutnya, selama 35 tahun tinggal di Kelurahan Wolo, baru kali ini ia melihat wilayah tersebut mengalami banjir. Hal ini diduga kuat akibat perubahan jalur air di hulu sungai Labuan Bajo yang sebelumnya berfungsi sebagai aliran alami air hujan dari pemukiman warga. Namun, jalur tersebut kini telah ditutup oleh perusahaan dan dialihfungsikan sebagai akses masuk bagi karyawan.
MATA Wolo menegaskan bahwa masyarakat membutuhkan solusi nyata atas dampak lingkungan yang terjadi, bukan sekadar pernyataan di media untuk meredam masalah sesaat. Mereka mendesak PT CNI untuk bertanggung jawab penuh atas kerusakan lingkungan yang telah terjadi dan meminta pemerintah serta pihak berwenang untuk turun tangan dalam menangani persoalan ini.
Sebelumnya, manajeman PT CNI melalui Corporate Secretary, Imelda Agustina Kiagoes, menjelaskan berdasarkan pemantauan tim Health Safety & Environment (HSE) PT CNI di lapangan, terdapat beberapa saluran air yang tersumbat dan rusak akibat kegiatan pengambilan batu yang dilakukan warga di beberapa titik, sehingga membuat saluran air yang menuju kolam pengendapan PT CNI tertimbun sehingga saluran air tidak berfungsi sebagaimana mestinya dan melimpas ke jalan poros di KM 53 Trans Sulawesi Desa Tolowe Ponrewaru.
Sumbatan aktivitas pengambilan batu tersebut segera dilakukan perbaikan saluran air oleh tim PT CNI, sehingga limpasan tidak berlangsung lama, serta tidak menimbulkan luapan ke sungai, persawahan maupun kebun masyarakat.
“Tidak benar terjadi banjir di Desa Tolowe Ponrewaru. Saat ini kegiatan pemantauan masih terus dilakukan oleh PT CNI untuk mengantisipasi jika terjadi hujan dengan intensitas tinggi terjadi kembali,” kata Imelda, dalam keterangan resminya pada Rabu (29/01/2025).(*)